Ayat-ayat Ruqiyyah dan Doa Setelah Membaca Ayat Ruqiyyah

Berikut merupakan ayat - ayat ruqiyyah

1 Al-Fatihah 1 – 7 ‘Ummul Qur’an
2 Al-Baqarah 1 – 5 Al-Quran sebagai petunjuk bagi orang yang bertaqwa
8 – 10 Untuk gangguan jin munafiq yang menentang dan membantah*
102 Untuk gangguan sihir pemisah suami isteri*
163 – 164 Kekuasaan Allah dalam penciptaan langit dan bumi
255 Ayat Kursy
256 – 257 Allah pelindung bagi orang yang beriman
285 – 286 Doa dijauhkan dari beban berat dan tidak sanggup memikulnya
3 Ali Imran 1 – 10 Allah menurunkan Al-Quran dan kitab-kitab sebelumnya
18 – 19 Agama yang diridhoi Allah hanyalah agama Islam
4 An-Nisa 56 Untuk gangguan jin kafir*
5 Al-Maidah 72 – 76 Untuk gangguan jin nasrani atau yahudi*
7 Al-A’raf 117 – 122 Untuk gangguan sihir*
10 Yunus 81 – 82 Untuk gangguan sihir*
20 Taha 69 Untuk gangguan sihir*
23 Al-Mu’minun 115 – 118 Allah Maha Tinggi dan Raja yang sebenarnya
27 An-Naml 30 – 31 Surat yang dikirim Nabi Sulaiman kepada Ratu Balqis
37 As-Shaffat 1 – 10 Siksaan bagi syaitan dilempar dari segala penjuru oleh api
44 Ad-Dukhan 43 – 45 Pohon zaqqum yg mendidih untuk makanan orang yang berdosa
46 Al-Ahqaf 29 – 32 Peringatan untuk bangsa jin agar beriman kepada Allah
55 Ar-Rahman 33 – 36 Ancaman untuk bangsa jin yang mengingkari nikmat Allah
59 Al-Hashr 21 – 24 Keagungan Allah yang memiliki asmaulhusna
72 Al-Jinn 1 – 9 Ayat 6 untuk gangguan jin ilmu kanuragan/tenaga dalam*
112 Al-Ikhlas 1 – 4 Memohon perlindungan kepada Allah
113 Al-Falaq 1 – 5 Memohon perlindungan kepada Allah
114 An-Naas 1 – 6 Memohon perlindungan kepada Allah


Catatan:

Bacaan sebaiknya dibaca berurutan.

Bacaan dapat diulang-ulang terutama untuk yang terkait dengan jenis gangguan jin yang dihadapi atau ketika terjadi reaksi saat ayat tertentu dibacakan.

Boleh menggunakan ayat-ayat lain terutama yang maknanya tepat dengan masalah yang dialami.

DO’A-DO’A SETELAH MEMBACA AYAT-AYAT RUQYAH

بِسْمِ اللهِ أَرْقِيْكَ وَ اللهُ يَشْفِيْكَ مِنْ كُلِّ شَيْئٍ يُؤْذِيْكَ وَ مِنْ كُلِّ شَرِّ نَفْسٍ أَوْ عَيْنٍ حَاسِدٍ وَ اللهُ يَشْفِيْكَ بِسْمِ اللهِ أَرْقِيْكَ

“Dengan nama Allah aku meruqyah-mu dan Allah yang menyembuhkan-mu dari segala sesuatu yang menyakitimu dan dari kejahatan setiap jiwa atau mata yang hasad, Allah menyembuhkanmu, BismiLLah aku meruqyahmu. (Bacaan Ruqyah Jibril as terhadap Nabi saw)

أَسْأَلُ اللهَ الْعَظِيْمِ رَبَّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ أَنْ يَّشْفِيَكَ

“Aku memohon kepada Allah Yang Maha Agung, Robb Pemilik ‘Arsy Yang Agung agar Dia menyembuhkanmu” (baca 7x) (HR. At Tirmidzi & Abu Dawud, Shohih Al-Jami’- V/180,322)

بِسْمِ اللهِ

أَعُوْذُ بِعِزَّةِ اللهِ وَ قُدْرَتِهِ مِنْ شَرِّ مَا أَجِدُ وَ أُحَاذِرُ

BismiLLah (dibaca 3x).

Aku berlindung dengan keagungan ALLAH dan kekuasaanNya dari kejahatan yang aku jumpai (rasakan) dan aku khawatirkan (dibaca 7x)” (HR. Muslim – IV/1728)

اللَّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ أَذْهِبِ الْبَأْسَ وَ اشْفِ أَنْتَ الشَّـافِي لاَ شِفَآءَ إِلاَّ شِفَآءُكَ شِفَآءً لاَ يُغَـادِرُ سَقَمـاً

“Yaa Allah Robbnya manusia, hilangkanlah derita dan sembuhkanlah Engkaulah Yang Menyembuhkan, tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhanMu, kesembuhan yang tidak menimbulkan rasa sakit”

بِسْمِ اللهِ الَّذِيْ لاَ يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ فِى اْلأَرْضِ وَ لاَ فِى السَّمَاءِ وَ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ

“Dengan nama Allah yang beserta nama–Nya tidak ada kemudharatan segala yang ada di langit maupun di bumi, dan Dia Maha mendengar dan mengetahui” (HR. Abu Dawud dan At Tirmidzi – Shohihu l-Jami’)

حسبن الله ونعم الوكيل نعم المولى ونعم النصير

“Cukuplah Allah bagi kami dan sebaik-baik tempat berserah diri, Dialah sebaik-baik Penjaga dan sebaik-baik Penolong.

سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ

وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَيَصِفُونَ

وَالْحَمْدُ لِلَّـهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

“Maha Suci Tuhanmu Yang mempunyai keperkasaan dari apa yang mereka katakana. Dan kesejahteraan dilimpahkan atas para rasul. Dan segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian alam”. (QS As-Shaffat: 180 – 182)

Dilanjutkan dengan adzan (HR Bukhori & Muslim) didekatkan pada telinga sebelah kanan.

PERSIAPAN RUQYAH

PERSIAPAN RUQYAH - Sebelum kita melakukan proses ruqiyyah, kita perlu memahami hal-hal berikut :
1. Niat untuk ruqyah dan sebaiknya dalam keadaan berwudlu, tazkiyyatunnufus (bersihkan diri dari penyakit hati, segala pintu syaitan: riya’, sombong, marah, dengki, sedih, takut, dsb).

2. Bertaubat dan beristighfar kepada Allah SWT atas dosa-dosa (terutama dosa syirik) dan kemaksiatan yang pernah kita lakukan dari sejak akil baligh. Karena hakekat dari semua musibah yang menimpa kita (termasuk sakit) dikarenakan ulah kita sendiri, sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat Ash-Shura ayat 30:

وَمَا أَصَابَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَن كَثِيرٍ

“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)”

Segera meminta maaf kepada kedua orang tua dan orang-orang yang pernah kita sakiti (doakan untuk kebaikan mereka jika sudah wafat).

3. Ikhlas dan ridho dari segala apa yang Allah SWT berikan dan takdirkan, karena yakin bahwa semua yang terjadi adalah yang terbaik untuk kita.

Berlapang dada dan memaafkan secara ikhlas terhadap orang-orang yang pernah menyakiti hati kita dan mendzolimi kita, doakan mereka agar diberi hidayah oleh Allah SWT (lupakan dan jangan diingat2 kejelekannya lagi). Dengan musibah ini insya Allah akan menggugurkan dosa-dosa kita, meningkatkan derajat disisi Allah SWT, maka sudah sepatutnyalah kita harus selalu bersyukur kepada-Nya.

4. Pasrahkan kesembuhan sepenuhnya kepada Allah SWT, kuatkan keyakinan kita bahwa hanya Allah SWT yang bisa memberikan kesembuhan (bukan dari peruqyah atau yang lainnya)

Dua modal utama dalam menghadapi gangguan jin, yaitu keimanan dan tawakal kepada Allah SWT, sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat An-Nahl ayat 99:

إِنَّهُ لَيْسَ لَهُ سُلْطَانٌ عَلَى الَّذِينَ آمَنُوا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

“Sesungguhnya syaitan itu tidak ada kekuasaannya atas orang-orang yang beriman dan bertawakkal kepada Tuhannya”

Jauhi perbuatan syirik, tinggalkan amalan-amalan bid’ah yang tidak ada tuntunan dari Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, musnahkan jimat dan benda2 pusaka jika masih disimpan, karena dari situlah pintu masuk gangguan syaitan, sebagaimana firman Allah SWT dalam ayat berikutnya Surah An-Nahl ayat 100:

إِنَّمَا سُلْطَانُهُ عَلَى الَّذِينَ يَتَوَلَّوْنَهُ وَالَّذِينَ هُم بِهِ مُشْرِكُونَ

“Sesungguhnya kekuasaannya (syaitan) hanyalah atas orang-orang yang mengambilnya jadi pemimpin dan atas orang-orang yang mempersekutukannya dengan Allah”

Lalu membaca dua kalimat Syahadat dan Shalawat kepada Nabi Muhammad SAW.

5. Perkokoh pondasi keimanan kita

Buang rasa was-was dan takut dalam menghadapi jin kafir yang mengganggu, yakin bahwa tipu daya syaitan itu sangat lemah, sebagaimana firman Allah SWT dalam Surah An-Nisa ayat 76:

الَّذِينَ آمَنُوا يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّـهِ ۖ وَالَّذِينَ كَفَرُوا يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ الطَّاغُوتِ فَقَاتِلُوا أَوْلِيَاءَ الشَّيْطَانِ ۖ إِنَّ كَيْدَ الشَّيْطَانِ كَانَ ضَعِيفًا

“Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan thaghut, sebab itu perangilah kawan-kawan syaitan itu, karena sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah”

Dan akhirnya pasti kebenaran itu akan datang dan kebatilan itu akan lenyap, sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat Al-Isra’ ayat 81:

وَقُلْ جَاءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ ۚ إِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوقًا

“Dan katakanlah: “Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap”. Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap”

Dalam ayat selanjutnya dijelaskan bahwa ayat-ayat Al-Quran yang dibacakan akan menjadisyifa (penawar) dan rahmat bagi orang-orang yang beriman, Surat Al-Isra’ ayat 82:

وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ ۙ

وَلَا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلَّا خَسَارًا

“Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian”

MEMAHAMI RUQYAH


MEMAHAMI RUQYAH - Ruqyah atau mantera (jawa : suwuk, jopa-japu) sudah ada sejak sebelum Rosulullah SAW diutus. Keberadaannya dibutuhkan dalam kehidupan manusia. Hanya saja Islam melarang setiap hal yang mendatangkan kerugian dan kesesatan, sekalipun hal itu ‘dibutuhkan’.

Islam menggantikan setiap kebutuhan yang dilarang itu dengan sesuatu yang halal yang lebih baik dan menjamin kebahagiaan hidup selamanya. Mantera-mantera (Ruqyah) untuk perlindungan atau penyembuhan – baik yang jelas ke-syirik-annya maupun yang samar-samar –adalah suatu yang dilarang, sekalipun ‘seolah-olah’ mendatangkan hasil. Dalam sebuah riwayat shohih diberitakan:

عَنْ عَوْفٍ بْنِ مَالِكٍ رضي الله عنه قـال : كُنَّا نَرْقِي فِى الْجَـاهِلِيَّةِ، فَقُلْنـَا يـَا رَسُوْلَ اللهِ كَيْفَ تَرَى بِذلِكَ ؟ فَقَالَ : أَعْرِضُوْا عَلَيَّ رُقَاكُمْ لاَ بَـأْسَ بِالرُّقْيَةِ مَالَمْ تَكُنْ شِرْكـاً (رواه مسلم

“Dari sahabat ‘Auf bin Malik ra dia berkata : Kami dahulu meruqyah di masa Jahiliyyah, maka kami bertanya : “Ya Rosulullah, bagaimana menurut pendapatmu ?” Beliau menjawab : “Tunjukkan padaku Ruqyah (mantera) kalian itu. Tidak mengapa mantera itu selama tidak mengandung kesyirikan” (HR. Muslim).

Hadits tentang 70 ribu golongan yang masuk surga tanpa hisab

Dalam syarh Imam Nawawi menjelaskan bahwa yang dimaksud tidak meminta ruqyah dalam hadits ini adalah ruqyah syirkiyah. Adapun ruqyah syari’yyah baik yang meruqyah maupun yang minta diruqyah bukan yang dimaksud dalam hadits ini. Karena bagaimanapun Nabi dan para Sahabatnya juga meruqyah. Bahkan Nabi pun pernah diruqyah oleh Aisyah Ra ketika beliau sakit seperti yang diriwayatkan Imam Al Bukhori dan Muslim.

Syaikh Abdul ‘Aziz bin Baz berpendapat bahwa memintakan Ruqyah bagi yg membutuhkannya tidak menyebabkan seorang muslim tidak memperoleh (kesempatan) termasuk 70 ribu orang (yang dijamin masuk surga tanpa hisab) beliaupun – hafizhohullah – berpandangan bahwa “disukai” melakukan pengobatan dari derita penyakit.

Kaidah dalam Ruqyah

Ibn Hajar mengutip pendapat Imam Nawawi rahimahullah: “Ijma’ Ulama sepakat bahwa boleh melakukan Ruqyah dengan memenuhi 3 syarat”:
Hendaklah dilakukan dengan kalamullah atau Asamaa dan Sifat-Nya.
Hendaklah dengan bahasa arab atau bahasa lain yang dimengerti (yang tidak mengandung kesyirikan).
Berkeyakinan bahwa bukanlah pelaksanaan ruqyah itu semata-mata yang memberi pengaruh tetapi Allah SWT yang memberikannya.